Monday, September 11, 2017

Nadheera - Delay Speech

Pada postingan kali ini  saya sedikit membahas tentang delay speech. Mengapa delay speech? Karena saya menyadari Nadheera mengalami gejala-gejala yang mengarah kepada delay speech. Awal saya mengetahui tentang delay speech pada postingan Anji di Youtube. Ketika saya tonton berulang-ulang dan menyadari  bahwa Nadheera mengalami hal-hal yang hampir sama dengan apa yang dialami oleh anak Anji, Sigra. Bedanya, Nadheera sudah mengerti apa yang saya ucapkan, namun dalam mengucapkan kata-kata masih belum sempurna untuk anak seusianya. Usia Nadheera saat ini 2 tahun 11 bulan.

Saya sudah mendiskusikan dengan suami, kami harus segera mengatasi hal ini. Mencari penyebab terjadi delay speech nya nadheera, dan mencoba mencari solusi dari masalah ini. Saya memiliki seorang  rekan kerja bidang konseling, dan mendiskusikan juga hal ini. Dia memberikan pencerahan tanpa harus mendaftarkan Nadheera untuk terapi.

 
Gambar : Google
Sebelum membicarakan solusi yang saya ambil untuk nadheera, ada baiknya kita mengetahui apa itu delay speech. Delay Speech adalah keterlambatan bicara yang terjadi pada anak  yang kurang mendapat stimulasi untuk berbicara. Keterlambatan bicara adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat luas dan jada juga beberapa resiko yang harus kita waspadai. Cara paing mudah mendeteksi speech delay adalah dengan membandingkan kemampuan anak dengan anak lain seusianya. Biasanya orang tua baru ‘ngeh’  setelah anak berusia diatas 2 tahun karena membandingkan dengan anak lain yang sebaya.

Saya membandingkan Nadheera dengan anak teman-teman disekolah yang hampir seumuran dengan Nadheera, bahkan ada yang lebih muda usia dari Nadheera. Pada Navya anak dari Kak Amel rekan kerja di sekolah yang usianya lebih muda dari Nadheera sudah mampu berbicara dan mandiri dalam beberapa hal. Hanifa, yang merupakan sepupu nadheera usia lebih 4 bulan juga sudah mampu berbicara lancar pada usia Nadheera sekarang. Dari hal tersebutlah saya menyadari bahwa Nadheera memang mengalami delay speech tahap awal.

Ada beberapa penyebab delay speech menurut Dr Widodo Judarwanto, SpA pada artikel Keterlambatan Bicara, Berbahaya atau Tidak Berbahaya

1.     Gangguan pendengaran
2.    Kelainan organ bicara – kelainan ini meliputi lidah pendek (terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan mengucapkan huruf “t”, “n”, dan “l”), kelainan bentuk gigi ( mengakibatkan suarah densah seperti “f”, “v”, “s”, “z” dan “th”, dan mandibula (rahang bawah) kelainan bibir sumbing (cleft palate) mengakibatkan penyimpangan resonansi yang terjadi pada suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti “s”, ‘K” dan “g”, deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring
3.    Retardasi Mental – kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain seusianya
4.    Genetic heriditer dan kelainan kromosom
5.    Kelainan sentral otak – adalah ketidak sanggupan untuk menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah
6.    Autism
7.    Muisme selektif – biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun yang tidak mau bicara pada keadaan tertentu.
8.    Gangguan emosi dan perilaku lain
9.    Alergi makanan
10.  Deprivasi Lingkungan -  dalam keaadan ini anak tidak mendapat ransangan yang cukup dari lingkungan. Berbagai macam keadaan lingkungan yang mengakibatkan keterlambatan bicara adalah:
a.    Lingkungan yang sepi
b.    Status ekonomi social
c.    Teknik pengajaran yang salah – cara berkomunikasi yang salag pada anak
d.    Sikap orang tua atau orang lain di lingkungan rumah yang tidak menyenangkan.
e.    Harapan orang tua yang berlebihan terhadap anak
f.    Anak kembar
g.    Bilingual (2 bahasa)
h.    Keterlambatan fungsional

Dari beberapa penyebab diatas, saya menemukan pertama, factor lingkungan yang menyebabkan Nadheera mengalami keterlambatan bicara. Lingkungan dirumah yang sepi dan kebanyakan orang dewasa. Sehingga Nadheera hanya berbicara pada kami orang dewasa dan 2 anak tetangga laki-laki yang kebanyakan main di luar. Bukannya saya tidak mengajak Nadheera bicara, namun karena lingkungan hanya orang dewasa, jadi perkembangan nya lambat. Kedua,  nadheera mengalami keterlambatan bicara adalah bilingual. Nadheera biasa menyaksikan video lagu berbahasa inggirs, dan video Upin-Ipin berbahasa Malaysia, sedangkan saya dan keluarga lain berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Kesalahan saya dan suami adalah memperlihatkan video tersebut sejak usia Nadheera dibawah 2 tahun. Sebab pada usia under 2 age anak merekam, meniru dan langsung mempraktekkan. Nadheera bahkan pernah mengucapkan beberapa kata dengan campuran Malaysia, Inggris dan Indonesia.

Pada artikel lain saya menemukan beberapa tips untuk menstimulasi anak agar bias memperlancar kemampuan berbicara. Saya menemukan pada artikel Tips Menstimulasi Anak Batita untuk Berbicara dan Berkomunikasi. Si penulis ternyata mengalami hal yang sama dengan yang saya alami, bedanya adalah anak nya sudah diterapi, dan Nadheera tidak saya terapi. Pada artikel tersebut saya menemukan ada 2 jenis terapi yang juga bias saya terapkan pada Nadheera.
1.     Terapi Okupasi – yang melibatkan anak dalam aktivitas tertentu (bermain) yang sebenarnya memiliki tujuan utnuk mengembangkan kemampuan kognitif, kemandirian dan interaksinya dengan lingkungan (interaksi Sosial)
Anak dilatih untuk belajar focus karena mampu berbicara dan berbahasa adalah hasil akhir dari kemapuan untuk melihat/memperhatikan, mendengar, dan meniru (mengimitasi). Pada kasus nadheera, focus adalah masalah utama. Nadheera belum mampu focus dalam 1 hal yang dikerjakan di hadapannya. Untuk focus ada beberapa cara yang disarankan:
a.    Member instruksi sederhana dengan intonasi perlahan dan tegas.
b.    Mengasah atensi, konsentrasi, konsistensi dan ketahanan dalam aktivitas melalui bermain. Seperti memasang puzzle, melembar bola pada keranjang, mewarnai, menggaris, menggunting kertas dan memasukkan biji ke dalam botol kecil. Nadheera sudah pernah saya berkan puzzle dan belum memperlihatkan kemajuan karena isi puzzle justru dijadikan mainan lain
c.    Rangkaian aktivitas berurut seperti meletakkan kepingan puzzle pada lokasi terpisah, anak diminta untuk mengumpulkan dan menyusun puzzle secara utuh.
Terapi ini saya praktekkan dirumah namun belum ada perkembangan signifikan.
2.    Terapi Wicara – cara mengajarkan anak berbicara dan berkomunikasi. Pada artikel tersebut saya melihat bahwa ada hal sederhana yang bias kita jadikan cara untuk mengajak anak berbicara dan bekomunikasi. Sebelumnya saya tidak menyadari dan bahkan pernah mengabaikannya.
a.    Ajaklah anak bicara sejak lahir. Bahwa mendengarkan adalah hal pertama sebelum berbicara. Pengalaman saya: hal ini tidak terlewatkan bahkan saya selalu mengajak berbicara walau pun tidak lama
b.    Banyaklah berbicara pada anak. Beritahukan melalui kata-kata tentang apa yang sedang kita dan anak lakukan. Pengalaman saya: sebelum saya menyadari Nadheera mengalami delay speech, saya mengajaknya berbicara, namun lebih banyak anak yang berbicara ‘ngoceh’ sendiri tanpa saya luruskan kata-kata yang salah. Setelah saya membaca artikel tersebut, saya menyadari bahwa saya harus lebih cerewet dari sebelumnya. Saya stop untuk menggunakan gadget didepan anak agar lebih maksimal mengajak Nadheera berbicara.
Bisa sambil memberitahu anak barang-barang yang ada disekitar rumah, seperti kulkas, kursi, meja, televise, karpet, piring, gelas dan lain sebagainya. Selain itu, ceritakan apa yang sedang dilakukan anak, seperti saat berpakaian.
c.    Latih atau stimulasi oral motorik dengan mengajak berdecak, mengecap, menggumam panjang, mendesis dan lain sebagainya. Bisa juga dengan mengajak anak bermain busa sabun
d.    Bicara dengan perlahan, lihat kea rah anak, biarkan anak mengamati gerak bibir kita, tunjukkan artikulasi yang benar, penggal per suku kata. Jika artikulasi anak belum benar, jangan disalahkan, melainkan berikan contoh benar. Misal anak bilang ‘busyu” tanggapi dengan ‘susu nak’.
e.    Sambil berbicara gunakan bahasa tubuh (gesture)
f.    Perpanjang atau kembangkan apa yang dikatakan anak. Contoh, ketika anak minta makan dengan berkata ‘Minum”, biasanya kita langsung memberikan air minum. Sebaiknya:
N (Nadheera)      : “Minum”
M (Mami) : Nadheera mau minum? Coba bilang ini y nak, Mi, Dheera mau minum”
Kemudian ajak anak untuk mengikuti ucapan permintaan tadi. Pada kasus Nadheera belum mampu mengucapkan dengan sempurna bahkan belum terlalu jelas
g.    Rancang aktivitas (sebagai ssarana berbicara) yang sesuai dengan minat dan kesenangan anak. Contoh sederhana adalah dengan menemani anak bermain. Biasanya ketika nadheera bermain, saya melakukan aktifitas lain seperti memasak, atau mengerjakan tugas kantor. Padahal pada saat bermain, anak dapat belajar dan yang paling penting adalah kita sebagai orangtua mendampingi dan mengajarkan anak dari permainan yang dimaninkan dan dapat menambah perbendaharaan kata.
Cara menemani anak bermain seperti pada artikel tersebut adalah:
·         Ajak anak melihat foto keluarga, tanyakan pada anak siapa saja yang ada di foto
·         Ajak anak melihat gambar aktivitas untuk memperkenalkan kata kerja seperti memperlihatkan foto guru mengajar, petani ke sawah, ibu memasak didapur
·         Ajak anak mengikuti ketukan (memori auditori)
·         Ajak anak bermain untuk mendiskriminasikan dan mengingat bunyi (persepsi dan memori auditori)
·         Bacakan buku dengan suara dan artikulasi yang jelas
·         Bernyanyi untuk anak atau ajak anak bernyanyi bersama
Gambar : Google
·         Temani anak menonton video yang dapat menambah perbendaharaan kata. Pengalaman saya – saya tidak menemani nadheeera menonton video dan hanya menerima input. Sebenarnya menemani anak menonton penting untuk menjelaskan kembali pada anak agar anak mengerti apa yang dimaksudkan dalam video.
·         Anak diajari berbagi dan tunda giliran
·         Libatkan anak dalam pekerjaan rumah
·         Ajak anak berlibur/bermain di luar rumah
·         Biarkan anak bermain dengan anak lain dengan kemampuan bicara dan berbahsa ‘sedikit’ lebih baik darinnya (usianya relative tidak terpaut terlalu jauh)


Solusi terbaik sebenarnya adalah deteksi dini dan mengatasi sesegera mungkin. Alhamdulillah saya cepat menyadari hal ini dan sudah beberapa cara yang saya terapkan pada nadheera. Dahulu teman-teman suka bilang “Perkembangan anak kan beda-beda, nanti juga bakal lancer sendiri” tapi bagi saya adalah tidak ada salahnya segera mendeteksi dini delay speech agar tidak memperlambat perkembangan anak pada hal lain. Selain itu positifnya adalah saya bisa lebih dekat dan berbagi cerita dengan anak. Bisa membagi waktu antara anak dan pekerjaan.

Daftar Bacaan:

~Suci Mairozasya~

No comments:

Post a Comment